Archive for June 2014
Maskot piala dunia 2014
Maskot Piala Dunia Brazil 2014 adalah binatang jenis tolypeutes tricinctus, armadillo yang hanya terdapat di Brazil. Ia kemudian secara resmi diberi nama Fuleco.
Nama Fuleco terpilih melalui pengumpulan suara yang dilakukan oleh Federasi Sepak Bola Dunia FIFA dan telah diumumkan pada 25 Nopember 2012 lalu.
Fuleco berasal dari bahasa Portugal. Futubol (sepak bola) yang digabung dengan Ecologia (ekologi). Nama ini berhasil mengumpulkan 48% dukungan peserta pemilihan.
Mengalahkan kedua kontestan yang masing-masing mengusulkan nama 'Amijubi' dan 'Zuzeco'. Fuleco yang menggabungkan sepak bola dengan perlindungan lingkungan dijadikan konsep pemikiran dalam penyelenggaraan Final Sepak bola Piala Dunia di Brazil 2014.
Binatang Armadillo digambarkan dalam bentuk kartun dengaan sisik kepala berwarna biru, wajah dan anggota badan berwarna kuning. Menggunakan T-shirt putih bertuliskan Brazil 2014 dengan celana olahraga hijau, mengingatkan orang pada bendera nasional Brazil.
Armadillo terlihat mirip trenggiling, adalah binatang yang hampir punah dan dilindungi oleh pemerintah Brazil. Binatang ini saat terancam akan melindungi diri dengan melipat badannya sedemikian rupa sehingga berbentuk bulat seperti bola sepak.
FIFA dalam situsnya menjelaskan bahwa Fuleco ini lahir di wilayah timur laut Brazil tepat pada 1 Januari 2000. Ia akan berusia 14 tahun saat Piala Dunia Brazil berlangsung. Ia gemar menari 'Tarian Armadillo' setelah mencetak gol untuk merayakan kegembiraannya. Idolanya dalam sepakbola yaitu si raja bola Pele dan Cristiano 'alien' Ronaldo.
Nama Fuleco terpilih melalui pengumpulan suara yang dilakukan oleh Federasi Sepak Bola Dunia FIFA dan telah diumumkan pada 25 Nopember 2012 lalu.
Fuleco berasal dari bahasa Portugal. Futubol (sepak bola) yang digabung dengan Ecologia (ekologi). Nama ini berhasil mengumpulkan 48% dukungan peserta pemilihan.
Mengalahkan kedua kontestan yang masing-masing mengusulkan nama 'Amijubi' dan 'Zuzeco'. Fuleco yang menggabungkan sepak bola dengan perlindungan lingkungan dijadikan konsep pemikiran dalam penyelenggaraan Final Sepak bola Piala Dunia di Brazil 2014.
Binatang Armadillo digambarkan dalam bentuk kartun dengaan sisik kepala berwarna biru, wajah dan anggota badan berwarna kuning. Menggunakan T-shirt putih bertuliskan Brazil 2014 dengan celana olahraga hijau, mengingatkan orang pada bendera nasional Brazil.
Armadillo terlihat mirip trenggiling, adalah binatang yang hampir punah dan dilindungi oleh pemerintah Brazil. Binatang ini saat terancam akan melindungi diri dengan melipat badannya sedemikian rupa sehingga berbentuk bulat seperti bola sepak.
FIFA dalam situsnya menjelaskan bahwa Fuleco ini lahir di wilayah timur laut Brazil tepat pada 1 Januari 2000. Ia akan berusia 14 tahun saat Piala Dunia Brazil berlangsung. Ia gemar menari 'Tarian Armadillo' setelah mencetak gol untuk merayakan kegembiraannya. Idolanya dalam sepakbola yaitu si raja bola Pele dan Cristiano 'alien' Ronaldo.
Cerita Puteri tenun dan jaka gembala
Putri Tenun tinggal di ujung timur bimasakti, ia adalah putri bungsu kekaisaran langit, karena sangat mahir menenun, jadi semua orang memanggilnya "Putri Tenun".
Setiap hari dengan tekun Putri Tenun selalu menenun kain. Pagi hari ia menenun bumi dengan berlaksa-laksa berkas sinar mentari, siang hari ia menenun langit cerah tanpa awan yang berarak, senja hari ia menenun matahari senja yang berawan kemerah-merahan, malam hari ia sibuk menghiasi langit bertabur bintang yang berkelap-kelip di atas kain.
Ia bekerja dengan susah payah setiap hari, namun ia sangat kesepian, karena itu selalu berkeluh-kesah, merasa tidak bahagia.
Di ujung barat bimasakti ada seorang jejaka yang menggembalakan sapi, pekerjaannya adalah memelihara sapi di langit. Ia memberi makan sekelompok sapi dengan rumput segar dan memandikannya, pekerjaannya setiap hari banyak sekali. Tetapi Jaka Gembala, demikian dia dipanggil adalah seorang pemuda yang jujur dan rajin, ia bekerja dengan tekun setiap hari, sapi-sapi di langit itu dipeliharanya dengan baik sehingga menjadi gemuk dan sehat, Kaisar Langit sangat mengaguminya.
Suatu hari, Kaisar Langit memanggil dan mempertemukan Jaka Gembala dan Putri Tenun.
"Putri Tenun, saya lihat kamu bekerja dengan susah payah setiap hari, tetapi selalu tidak gembira. Usiamu juga sudah tidak kecil lagi, saya bermaksud menjodohkanmu dengan Jaka Gembala, tidak tahu apakah kamu bersedia atau tidak?" demikian tanya Kaisar Langit pada Putri Tenun.
Putri Tenun tahu, bahwa Jaka Gembala adalah seorang pemuda yang jujur dan bertanggung jawab, ia lantas berkata, "Segalanya saya serahkan pada paduka untuk memutuskan."
Seusai berkata, dengan malu-malu ia menundukkan kepalanya. Mengetahui hal ini, Kaisar Langit sangat gembira, lantas berkata, "Jaka Gembala, saya paling menyayangi putri bungsu ini, dapat dikatakan ia pandai dalam berbagai hal. Dan saya lihat, kamu juga seorang pemuda yang berprestasi, sekarang saya akan menjodohkan sang putri denganmu, apakah kamu bersedia?"
Jaka Gembala memandang putri tenun, dan menilai ia adalah seorang gadis yang manis dan lembut, lalu dengan gembira menyetujuinya.
Sejak itu, Jaka Gembala dan Putri Tenun hidup bahagia dan saling mencintai. Mereka sering saling bergandeng tangan, berjalan-jalan di langit, menikmati pemandangan. Hidup bersama dengan Jaka Gembala, Putri Tenun selalu merasakan sesuatu yang baru dan menarik, sebab dulu ia tidak pernah ke luar rumah dan berjalan-jalan. Ia sibuk bekerja setiap hari, sama sekali tidak mungkin ada kesempatan untuk istirahat.
Begitu juga dengan Jaka Gembala, dulu karena harus menggembalakan sapi, jadi setiap kali hanya bisa berada di padang rumput, kini ada Putri Tenun yang menemani, bermain bersama dan berkeliling ke mana saja, benar-benar bahagia sekali.
Namun mereka berdua lupa akan pekerjaannya masing-masing. Putri Tenun lupa menenun, akibatnya terlihat sehamparan kosong di langit, tidak ada lagi warna langit yang indah. Sedangkan Jaka Gembala lupa menggembalakan sapinya, akibatnya sapi di langit berkeliaran tidak menentu, sehingga membuat kerajaan langit menjadi kacau berantakan.
Dengan marah, Kaisar Langit berkata pada mereka, "Kalian berdua benar-benar membuat saya sangat kecewa, sepanjang hari kerjanya main dan main saja, sehingga mengabaikan pekerjaan masing-masing, saya memutuskan akan menghukum kalian. Mulai hari ini, kalian kembali ke tempat kerja masing-masing. Dan baru boleh bertemu tiap tanggal 7 Juli setiap tahun, terkecuali hari yang disebutkan ini, tidak boleh bertemu. Jika kalian melanggar perintah, maka kalian akan dihukum mati."
Sejak itu, Jaka Gembala dan Putri Tenun terpaksa bekerja sambil dengan sabar menanggung derita rindu hanya mengharapkan datangnya 7 Juli itu. Dan karena sangat menaruh simpati dengan derita yang dialami Jaka Gembala dan Putri Tenun, lalu tepat pada 7 Juli, si Murai membuat sebuah jembatan untuk mereka agar supaya bisa bertemu di atas jembatan untuk saling mengutarakan derita kerinduan mereka.
Setiap hari dengan tekun Putri Tenun selalu menenun kain. Pagi hari ia menenun bumi dengan berlaksa-laksa berkas sinar mentari, siang hari ia menenun langit cerah tanpa awan yang berarak, senja hari ia menenun matahari senja yang berawan kemerah-merahan, malam hari ia sibuk menghiasi langit bertabur bintang yang berkelap-kelip di atas kain.
Ia bekerja dengan susah payah setiap hari, namun ia sangat kesepian, karena itu selalu berkeluh-kesah, merasa tidak bahagia.
Di ujung barat bimasakti ada seorang jejaka yang menggembalakan sapi, pekerjaannya adalah memelihara sapi di langit. Ia memberi makan sekelompok sapi dengan rumput segar dan memandikannya, pekerjaannya setiap hari banyak sekali. Tetapi Jaka Gembala, demikian dia dipanggil adalah seorang pemuda yang jujur dan rajin, ia bekerja dengan tekun setiap hari, sapi-sapi di langit itu dipeliharanya dengan baik sehingga menjadi gemuk dan sehat, Kaisar Langit sangat mengaguminya.
Suatu hari, Kaisar Langit memanggil dan mempertemukan Jaka Gembala dan Putri Tenun.
"Putri Tenun, saya lihat kamu bekerja dengan susah payah setiap hari, tetapi selalu tidak gembira. Usiamu juga sudah tidak kecil lagi, saya bermaksud menjodohkanmu dengan Jaka Gembala, tidak tahu apakah kamu bersedia atau tidak?" demikian tanya Kaisar Langit pada Putri Tenun.
Putri Tenun tahu, bahwa Jaka Gembala adalah seorang pemuda yang jujur dan bertanggung jawab, ia lantas berkata, "Segalanya saya serahkan pada paduka untuk memutuskan."
Seusai berkata, dengan malu-malu ia menundukkan kepalanya. Mengetahui hal ini, Kaisar Langit sangat gembira, lantas berkata, "Jaka Gembala, saya paling menyayangi putri bungsu ini, dapat dikatakan ia pandai dalam berbagai hal. Dan saya lihat, kamu juga seorang pemuda yang berprestasi, sekarang saya akan menjodohkan sang putri denganmu, apakah kamu bersedia?"
Jaka Gembala memandang putri tenun, dan menilai ia adalah seorang gadis yang manis dan lembut, lalu dengan gembira menyetujuinya.
Sejak itu, Jaka Gembala dan Putri Tenun hidup bahagia dan saling mencintai. Mereka sering saling bergandeng tangan, berjalan-jalan di langit, menikmati pemandangan. Hidup bersama dengan Jaka Gembala, Putri Tenun selalu merasakan sesuatu yang baru dan menarik, sebab dulu ia tidak pernah ke luar rumah dan berjalan-jalan. Ia sibuk bekerja setiap hari, sama sekali tidak mungkin ada kesempatan untuk istirahat.
Begitu juga dengan Jaka Gembala, dulu karena harus menggembalakan sapi, jadi setiap kali hanya bisa berada di padang rumput, kini ada Putri Tenun yang menemani, bermain bersama dan berkeliling ke mana saja, benar-benar bahagia sekali.
Namun mereka berdua lupa akan pekerjaannya masing-masing. Putri Tenun lupa menenun, akibatnya terlihat sehamparan kosong di langit, tidak ada lagi warna langit yang indah. Sedangkan Jaka Gembala lupa menggembalakan sapinya, akibatnya sapi di langit berkeliaran tidak menentu, sehingga membuat kerajaan langit menjadi kacau berantakan.
Dengan marah, Kaisar Langit berkata pada mereka, "Kalian berdua benar-benar membuat saya sangat kecewa, sepanjang hari kerjanya main dan main saja, sehingga mengabaikan pekerjaan masing-masing, saya memutuskan akan menghukum kalian. Mulai hari ini, kalian kembali ke tempat kerja masing-masing. Dan baru boleh bertemu tiap tanggal 7 Juli setiap tahun, terkecuali hari yang disebutkan ini, tidak boleh bertemu. Jika kalian melanggar perintah, maka kalian akan dihukum mati."
Sejak itu, Jaka Gembala dan Putri Tenun terpaksa bekerja sambil dengan sabar menanggung derita rindu hanya mengharapkan datangnya 7 Juli itu. Dan karena sangat menaruh simpati dengan derita yang dialami Jaka Gembala dan Putri Tenun, lalu tepat pada 7 Juli, si Murai membuat sebuah jembatan untuk mereka agar supaya bisa bertemu di atas jembatan untuk saling mengutarakan derita kerinduan mereka.